Senin, 30 Maret 2015

BUKAN KANAN ATAU KIRI TAPI KEDEPAN

Melihat isu pergerakan mahasiswa akhir-akhir ini cukup menarik bagi saya, apalagi membahas mengenai begitu besarnya antusias seluruh aktifis mengawal kinerja pemerintah pusat beserta kebijakanya, tentu ini bukan hal yang aneh bagi mereka, karena memang sedari awal mereka telah dididik untuk bisa menjadi penyambung lidah rakyat, agent of change, iron stock dan berbagai hal lain yang telah terpatri didalam jiwa mereka, tentu saja tindakan seperti itu memang harus ada disetiap diri kaum intelektual dan akademisi, bukan hanya sebuah tanggungjawab yang tertulis melalui tridharma, akan tetapi sebagai kaum akedemis hal itu harusnya menjadi panggilan jiwa dan bentuk pertanggungjawaban moral atas apa yang digelarkan kepada mereka. 
Tentu saya sangat mengapresiasi apa yang mereka lakukan, apa yang mereka perjuangkan, jelas keberpihakan mereka adalah kepada rakyat dan menegakan kembali demokrasi sebagaimana seharusnya, akan tetapi melihat kondisi akhir-akhir ini, saya sedikit ragu apakah cara yang mereka lakukan sudah pada jalurnya dan apa yang mereka perjuangkan benar-benar murni tanpa adanya konspirasi terselubung baik itu secara langsung ataupun tidak langsung dari pihak-pihak luar, siapa yang tak tahu jika pemuda adalah ujung tombak perubahan, bukan tidak mungkin ada orang-orang yang sadar mengenai kekuatan ini dan memanfaatkanya untuk kepentingan pribadi karena sekali pemuda memiliki konsepsi perjuangan yang mereka yakini benar maka mereka akan memperjuangkanya mati-matian hingga terwujud, ini bukan sekedar subjektifitas pemikiran saya, tapi sejarah bangsa inilah yang mengatakan, kita pasti tahu sumpah pemuda, proklamasi, dan terakhir adalah tahun 98, semua itu adalah hasil karya para pemuda dan bagaimana keberhasilan mereka mengalahkan rezim-rezim yang dianggap menindas rakyat, namun sejarah juga mencatat dibalik keberhasilan tersebut selalu ada pihak yang memanfaatkan kemenangan para pemuda ini, yang dulu berdiri ikut dibarisan mereka untuk memperjuangkan hak rakyat namun setelah mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan kemudian berbalik menghianati hasil perjuangan tersebut, mungkin benar kata soe hok gie "ketika kita melihat peristiwa sejarah, seolah-olah apa yang kita lihat hanyalah penghianatan" seperti kemajuan dan pergerakan bangsa tidak pernah lepas dari peristiwa² seperti itu. Maka sudah sepatutnya sebagai kaum terdidik kita harus berhati-hati dalam bertindak.
Sejauh yang saya tahu saya sepakat dengan tuntutan yang disampaikan oleh aktifis kepada pemerintah saat ini, mengenai kebijakan yang  terkesan bergerak dengan sewenang-wenang, dimana rakyat semakin tercekik, penegakan hukum yang tidak jelas, kebijakn harga BBM, melemahnya pemberantasan korupsi, lembeknya penanganan kasus narkoba dan lebih lagi peran media-media kabar yang seharusnya bertindak netral kini semakin terlihat jelas keberpihakan mereka, akan tetapi yang harus kita koreksi bersama adalah uforia ini seperti sudah tidak lagi pada jalurnya dimana pemikiran ilmiah yang seharusnya dikedepankan sebagai kaum terdidik harus tertutup dengan semangat yang bercampur amarah, jika kita lihat sebenarnya yang kita perjuangkan adalah menuntut kepada pemerintah untuk bekerja dengan baik dan meninjau kebijakan² yang salah, bukan sekedar sikap yang selalu mudah mengatakan mundur, turun atau lengserkan, yang perlu lebih kita perjuangkan adalah mengawal kebijakannya bukan menyerang fisiknya, analoginya "bukankah lebih baik kita mengikir gergaji yang berkarat dan tumpul daripada selalu menggantinya dengan gergaji yang baru yang itupun belum terjamin tidak akan berkarat juga", selain itu mereka juga produk demokrasi seluruh bangsa bukan golongan, suku, ras atau agama, yang sudah sepatutnya kita perlakukan sebagaimana mestinya, karena bisa jadi ini bukan dilakukan dengan kesengajaan namun karena kehilafan yang harus kita luruskan .
Maka kita harus meluruskan kembali niat awal dan bentuk perjuangan kita, karena apa yang kita sampaikan dan suarakan pasti akan menimbulkan bias kepada masyarakat luas karena sejatinya kita sebagai aktifis dan akdemisi adalah orang-orang yang pemikiranya juga dipertimbangkan dan berpengaruh juga terhadap pola pikir dan sikap seluruh rakyat Indonesia.

Rabu, 18 Februari 2015

FUTSAL



Bermain bola,
Futsal adalah permainan tim yang sebenarnya membutuhkan strategi dan kekompakan antar pemainya,
Walaupun pemainya tak sebanyak sepak bola tapi justru lebih banyak membutuhkan energi dan skill, pada umumnya pemain akan lebih aktif karena luas lapangan yang lebih sempit dari permainan kesebelasan, otomatis si pemain harus sering bolak balik dan mencari posisi, bagi orang yang jarang olahraga seperti saya permainan ini lumayan bikin ngos-ngosan, apalagi ketiga pemain cadanganya sedikit, tapi dibalik itu banyak kesenangan dan manfaatnya, yang pertama tentu saja yang namnya olahraga akan melatih fisik istilahnya cari keringat lah, badan bisa fit dan ga mudah capek, kalau rutin mainya, yang kedua tentu permainan tim akan melatih kekompakan menekan keegoisan belajar berbagi dan percaya terhadap teman satu tim, belajar berstrategi, saling mengisi kekosongan dan menempatkan diri agar bisa mencetak gol, dari sini juga kita mampu membaca karakter seseorang apakah dia bisa diajak kerjasama atau tidak, saat pemain menerima bola keegoisanya akan diuji dia akan memilih menggocek bolanya sendiri atau berbagi ke teman, 

Tapi dibalik semua itu ada hal yang tidak kalah penting dari permainan ini yaitu persahabatan dan kebersamaan, ya sportifitas, saling mendukung, bekerjasama, bersosial dan pastinya ajang bersenang-senang sebagai obat setelah jenuh bekerja.

Jadi apa salahnya kita mencoba ikut bermain, terlepas apakah kita pintar atau sekedar bermain saja, toh ini kegiatan yang positif yang tak merugikan siapapun.
Jadi ayo bermain dengan sepenuh hati.

Mr.13

Wayang Dimataku


Wayang kulit, ketika mendengar kata itu saya selalu teringat bagaimana tokoh-tokoh didalamnya, kesatria yang gagah berani dan kuat, dengan lawan lawanya yang juga tak kalah kuat, dan didalam setiap pertarunganya selalu diiringi dengan musik khas jawa yang menurut saya luar biasa, menunjukan keadaan dan situasi kejadian, wayang kulit adalah sebuah pergelaran seni yang konon katanya dibuat oleh sunan gunung jati yang pada saat itu digunakan untuk menyampaikan dan mensyiarkan agama islam di bumi Jawa, walaupun penokohan dan setting ceritanya mengadopsi cerita dan budaya hindu, yang asal muasalnya dari negeri India, bahkan nama nama kerajaan dan wilayah didalam cerita ini memang benar ada di India.
Cerita didalamnya pun sangat menarik tak hanya membahas tentang kepahlawanan dan peperangan tapi banyak pesan dan ilmu yang dapat kita ambil baik itu ilmu politik, kisah cinta, bahkan keluarga.
yang jika disimpulkan memang didalamnya seperti terdapat sebuah ajaran kehidupan, dan mungkin karena inilah para wali pada jamanya menggunkan cerita-cerita tersebut dan membungkusnya dalam kesenian wayang kulit.
Strategi luar biasa yang digunakan oleh para wali saat itu tanpa kekerasan tanpa menunjukan keegoisan dan ambisinya ingin meng Islamkan Jawa, para wali membaur dan mengajarkan Islam dengan cara membudayakan syariat-syariat Islam didalam keseharian masyarakat jawa, sampai akhirnya Jawa pun berhasil di islamkan banyak berdiri kerajaan kerajaan Islam.
Bahkan hingga saat ini Indonesia masih menjadi negara yang mempunyai penduduk dengan jumlah muslim terbanyak didunia.


Selasa, 17 Februari 2015

DEJAVU

Senin yang cerah,
Ceritanya gue punya agenda rapat, berhubung gue kerja jadinya gue uda niat dateng telat, curi-curi kesempatan buat kabur dari kantor, sebagai mahasiswa yang ikut organisasi, ceritanya gue pingin totalitas, bela-belain dari rawamangun menuju fatmawati dan bermacet-macet ria, tradisi yang wajib dijalani orang yang hidup dijakarta, perguruan tinggi gue emang hebat bisa dibilang punya cabang terbanyak se-DKI uda kaya francise, ya gitulah obama aja dukung haha, tapi gue tetep bangga setidaknya gue bisa bersosial dan aktif ya karena pake almamater kampus gue, skip akhirnya gue sampai di kampus fatmawati, walaupun nyasar dikit, maklum walaupun gue di jakarta uda 2 tahun tapi pengalaman gue di jalanan jakarta ga begitu hebat, uda gitu jalan-jalan protokol mulai anti roda 2, yah gapapa lah gue hargain usaha pemerintah yang katanya mau dibikin manusiawi, alhasil jam 1.30 tepat gue sampai di kampus fatmawati, rapat udah setengah jalan, wah banyak yang dateng, uda gitu mukanya akademisi semua, jelas lah orang kuliah akademi semua wkakakak, grogi dah gue... uda dateng telat, akhirnya rapat berlangsung sampai jam 3 dengan tingkat adrenalin yang lumayan hebat, minimal diatas 1 derajat dari permainan komedi putar, hasilnya pun jelas, kita bakal adain baksos di daerah bantaran sungai/kali ciliwung, selesai rapat kita sempetin tuh duduk bahas banyak hal, dari curhatan pribadi yang dikemas dalam bentuk yang diplomatis, sampai pada kebijakan-kebijakan kampus yang sedikit ganjal, bagaikan gumpalan daging yang kejepit dicelah celah antara dua gigi, apa tuh nama lainya,... termasuk juga ngomongin politik ter update yang katanya cicak vs buaya, jiahh udah kaya anggota dewan yang terhormat grak... Banyak opini yang keluar, namanya juga banyak kepala... pasti ada berbedaan dan persamaan, tapi 1 hal yang paling gue suka disini, dengan uang patungan seadanya kita beli tuh nasi bungkus sekitar 6 biji berikut lauk pauknya, karena jumlah pasukan yang terlampau banyak yang masing masing membawa perut yang udah kaya goa tak berpenghuni, bunyi gemanya bisa mantul kenceng banget kaya suara orang makan kripik kriiuukkk..kruukkk..kruukkk, digelarlah semua makanan dan disiramkan serta taburkan lauk pauknya uda kaya tebar bunga dikuburan, jari-jari nan lentik kami pun menggerayangi nasi dan lauk pauk itu, ini bahasa kok kaya fulgar banget ya, yah tangan-tangan yang ga tahu uda nyasar kemana aja itu langsung bercengkrama dengan butiran-butiran nasi yang putih dan suci dan berani semerah sambel trasi khas warteg, over all kebersamaan ini terlihat sungguh memesona tak kalah dengan wajah ayu putri kirana, jiaahhh.... Ceewek-ceweknya pun ga tebar gengsi macam cabai cabaian, paprika-paprikanan dan jenis jenis makanan pedas lainya.. Walaupun Cuma 1 sihh ceweknya yang ikut makan wkakakak...
Dalam hati gue bilang "ga sia sia nih dulu LDKM nya" *Latihan dasar kepemimpinan, ga perlu gengsi ga perlu malu malu, selama itu halal kita mah sedep aja makanya, gak kaya yang ono-ono, Lohh..., oke akhirnya wejangan yang sederhana inipun berakhir, satu persatu saling berpamitan yang hendak melanjutkan kisah klasik mereka, walaupun sambil nahan kerongkongan yang berlumur minyak karena tak ada lagi air-air yang tersisa untuk membasuh dan menyiram kerongkongan yang sudah mulai letih akibat beretorika terlalu banyak ala diplomat-diplomat profesional, waktupun sudah menunjukan pukul 17.00, awalnya gue mau bareng tuh ama anak cawang yang jalurnya juga sama kayak arah pulang gue ke rawamangun, tapi apa daya, daya persaingan yang diciptakan oleh gejolak kemacetan jalan raya membuat keegoisan dan rasa bersaing demi mendapatkan secuil jalan untuk roda-roda kami pun membuat kami berpisah, alhasil gue harus melanjutkan perjuangan pulang gue sendiri, dengan bermodal arah jalan raya, gue berusaha untuk tidak nyasar, begitu berat perjuangan ini, maklum beberapa tahun yang lalu semenjak mantengin komputer mulu siang malem akibat tuntutan kerja ditambah lagi perkembangan teknologi yang memaksa gue untuk pake hape layar sentuh yang tombolnya memancarkan sinar-sinar yang seharusnya mempunyai standar jarak pandang, tapi ga lucu kan kalau gue pake hape dengan jarak 30cm, dikira lagi pamer hape ntar.... hal inilah membuat daya penglihatan gue sedikit berkurang, banyak suka-dukanya mah, dukanya ya gini kalau uda sore seluruh jakarta serasa jadi warung remang-remang, perlu konsentrasi tinggi untuk melihat plang jalan, sempet beli kacamata tapi karena kalau pake kacamata tampang gue jadi 360 derajat bertambah ketampanannya, jadi suka ga enak ama cewek-cewek yang terpesona ama muka gue, akhirnya Tuhanpun menghendaki kacamata gue jatuh demi keamanan dunia ketampanan dan mengurangi persaingan, jangan muntah dulu tenang ini hanya cerita fiktif yang tokoh dan penggambaranya sangat diada-ada hahahaha..... Tapi kisah ini nyata ya, sedangnkan sukanya adalah ketika gue memandang sekeliling gue berasa jadi camera android yang pake aplikasi camera 360, apalagi kalau liat wajah cewek beuhhh itu kaya modus face mode, mukanya pada jadi cakep-cakep semua bro... soalnya mata gue pake efek nge-blur dan merona, hahaha. Jadi dosa gue berkurang kan karena ga perlu komen-komen tentang wajah seseorang didalam hati, srmua terlihat menwan bro... walaupun kadang suka nyesel sendiri hahahaha,
Oke sampailah gue di daerah menteng deket-deket suropati gitu, udah gelap sekitar jam 18.00, tambah ngeblur dah ni mata, guepun belok kearah suropati, niatnya mau ke arah manggarai mau dateng ke acara seminar entrepreneur gitu, yah sebagai jiwa-jiwa muda yang masih bersemangat, gue punya kemauan kuat untuk sukses semuda mungkin itupun dipengaruhi oleh pepatah cewek modern yang menyebutkan "cewek yang milih orang mapan bukan berarti matre tapi realistis" akibat pengaruh konsiprasi wanita inilah yang membuat gue berusaha sekuat tenaga untuk sukses, doain ya broo..siisstt.... Aamiiinn, yah walaupun kenyataanya banyak sekali orang sukses justru setelah menikah, sampelah ke sebuah perempatan yang dulu gue sempat nyasar ke manggarai, jadi gue kira hari ini gue bakal dapet buah manis dari kepahitan nyasar dimasa lalu, gue belok tuh, tiba-tiba didepan ada motor yang searah yang dengan genit mengedipkan lampu sent nya  ternyata entah kenapa serasa terhipnotis naluri gue kok mendorong gue untuk mengikuti tuh motor, tanpa sadar gue banting stir ehaksudnya banting stang kekiri, gue tetep optimis nemu jalan, gue turutin insting binatang gue, sampe setengah jalan gue ehh gue keder tuh dimana, mungkin insting kebinatangan gue kurang tajam, sempet ngikutin motor kirain dapet jalan eh ternyata 7 motor 8 termasuk gue masuk jalan buntu kawan-kawan, ketawa sendiri gue, ternyata dijakarta ga cuma gue doang yang suka keder, padahal jelas banget ada tulisan jalan buntu gede banget didepan gang.
Hahahahaha
Gue balik lagi kan, jam uda nunjukin pukul 18.15 makin malem kan, Dijalan dikomplek menteng ini gue baru ngeh ternyata kaya pernah ngalamin kayak gini, kaya pernah lewatin jalan ini kejadianya persis bro, dalam hati gue bilang "wah dejavu nih", bayangin bro gue ngerasanya ampe berulang 3 kali, tuh triple dejavu kawan, serasa kaya di filmnya tom cruise yang kalau mati ngulang lagi, mati ngulang lagi, kaya game GTA gitu lah, akhirnya gue nerusin jalan dan ketemu dah jalanya, gue sempetin liat jam uda pukul 18.30, dan ditengah keputus asaan gue akhirnya gue menemukan jalan, walaupun ke salemba, karena capek akhirnya gue pilih pulang dan teparlah dikamar, tentunya setelah shalat maghrib dulu...
Kebangun jam 8 karena kepikiran shalat isya, jiah alim banget gue, jadi kayak ria ini mah, abis itu sambil ngumpulin nyawa gue mikir tuh kejadian dejavu, gue amatin dan teliti secara seksama, dan sampailah gue pada titik penerangan, yang sangat mengejutkan ternyata gue bukan ngalamin dejavu kawan, gue cuma muter-muter didaerah itu, dan melewati jalan yang sama sampe tiga kali, menurut analisis gue karena terakhir lihat jam 18.15 kalau itu dejavu seharunya jamnya ga nambah tapi ini jadi jam 18.30 100% gue ga dejavu, dalam hati gue berbangga "cerdas juga analisis gue ya hahahaha" dan berakhirlah cerita gue ini.

Bagi kalian yang merasa cerdas silakan analisis cerita ini sebenarnya menggambarkan kecerdasan analisis gue tentang dejavu atau kebodohan gue untuk mengenali jalanan di jakarta. Hahaha

Salam hangat dan ceria
Mr.13










Senin, 16 Februari 2015

INSOMNIA

Diatas loteng ku bercerita
Kubuka segala imajiku
Mencoba melemahkan sel-sel otaku
Yang menahanku dari keterjagaan abadi
Kutatap sekitar
Mencoba membaca alam dalam kebisuanya
Terlihat pelita-pelita genit berkedip
Merah, kuning dan putih
Membacanya seperti mencoba memeluk udara
Kupandangi saja gelapnya mega
Berharap bulan menemaniku disini
Atau sekedar menyapa bintang tertutup awan
Kenapa kau diam
Kenapa kau berbicara dalam bahasa yang berbeda
Muakah kau denganku
Mendengar celotehku setiap waktu
Tapi aku nyaman denganmu
Kau setia mendengar, dan menunggu
Tak seperti dunia yang memojokanku
Tidak, aku tak bosan dengan dunia
Hanya saja kadang aku butuh tempat
Yang siap menampung kegelisahanku
Bukan hanya memaksaku untuk mengerti
Andai saja bahasa kita sama
Mungkin malam tak akan sesunyi ini
Atau setidaknya tak bising oleh suara-suara kemunafikan
Kau tahu bintang, aku tak selalu mengharap madu
Aku juga suka asam, asin, pahit dan manisnya kejujuran
Atau senyum, tangis, tawa, murung
Dari wajah wajah sebenarnya, bukan rekayasa
Karena aku tahu diriku
Yang buta membaca tanda tanda.

Jumat, 13 Februari 2015

Malam terakhir

Malam ini aku banyak diam,
Aku lebih banyak mengamati,
Ditengah tawa dan obrolan yang saling menyaut membenarkan atau menyalahkan,
Atau sekedar untuk meramaikan memecahkan kerinduan yang membeku setelah se tahun tak jumpa,
Disana banyak sekali gelak tawa, atau manjaan manjaan anak kepada orang tua yang sebenarnya juga sudah jadi orang tua.
Disinilah aku bertambah diam, mengamati dan mencoba menepatkan diriku disana jika saatnya nanti.
Ibuku bertanya kenapa aku banyak diam, aku cuma senyum tak menjelaskan,
Dalam hatiku aku ingin sekali berkata, ibu aku ingin melihat moment moment ini lebih lama, aku ingin mengingatnya lebih detil, aku tak ingin melewatkanya,
Supaya aku selalu ingat saat aku berjalan lagi sendiri di perantauan nanti, banyak moment yang kulupa tahun lalu, sehingga aku jarang mengingat bagaimana senyumu bagaimana ramainya ssbenarnya keluargaku,
Yah mau tak mau aku harus sendiri lagi nanti, mengadu nasib, meraih mimpiku lagi, melanjutkan ceritaku lagi dalam skenario tanpa kehadiran kalian disana.

Aku hanya ingin mengingat kalian lebih detil, sebagai pelipur disaat aku kesepian lagi disana, agar aku selalu mengingat kalian saat seperti ini, agar aku punya harapan indah lagi untuk pulang ditahun yang akan datang.

Ah ini berakhir lagi..........


To be continued...

Jumat, 30 Januari 2015

Ranting Terakhir

Aku adalah ranting diujung pohon rindang.

Aku terlahir ditengah sebuah keluarga besar, cukup besar diantara banyaknya keluarga terencana, aku anak ketujuh dari tujuh bersaudara alias sibungsu atau bontot biasa ibuku memanjakanku, walau keluargaku sederhana tapi waktu kecilku kuhabiskan dengan bahagia tak kurang kasih sayang tak kurang makanan bahkan pipiku sering dicubit lantaran seperti bakpau. Kasih sayang yang kudapat lebih dari cukup untuk membuatku tumbuh dengan psikis yang sehat, kakak-kakaku tumbuh dewasa sangat cepat, tentu saja dengan jarak umur kakak termudaku saja 8 tahun, bisa kalian bayangkan kakak pertamaku, yah untuk jaman sekarang mungkin dia adalah ayah bagi kalian, sering sekali aku mendengar kisah-kisah hebat saudaraku dari ibu, apalagi menjelang tidur seperti kisah tentang kakak pertamaku yang membelikan pisang untuk makananku saat bayi, atau kisah heroiknya saat membawa sekarung beras untuk satu keluarga saat persediaan beras habis, tapi sayang kakaku tak cukup mengenyam bangku pendidikan, ibuku selalu memperlihatkan muka kekecewaanya setiap kali menceritakan kakak laki-laki tertuaku, sambil menasehatiku yang masih lugu, namun tak sedikitpun kekagumanku berkurang padanya kakak tertuaku, kemudian kisah lainya tentang kakak keduaku yang pada saat itu sudah bisa terbang bekerja ke timur indonesia walau dia perempuan atau kakak perempuan ketigaku yang bisa pergi keluar negeri walau hanya sebagai TKW tentu pada saat itu tak sengeri TKI sekarang bahkan bisa menjadi kebanggaan di desaku, kemudian tentang hebatnya kakak laki-laki keempatku yang paling sering dibandingkan denganku namun aku senang karena kakaku ini yang paling pintar tentang filisofi serta kesukaanya paling mirip denganku, kemudian dua kakak perempuanku kelima dan keenam bagaimana gigihnya mereka membantu merawatku saat ibuku sudah terlalu lelah merawatku, tak jarang ibuku menceritakan harapan-harapan indahnya untuku sambil membelai kening dan rambutku, memupuk impian-impian kakak-kakaku dulu yang belum sempat tercapai kepadaku, tentu saja saat itu aku masih polos hanya bisa mendengar lalu terlelap disampingnya.
Mitos tentang sibungsu memang melekat padaku, yang manja, nakal, malas dan ingin menang sendiri, seringkali aku bertengkar dengan kakak termudaku tapi anehnya kalaupun aku yang memulai aku yang selalu dibela ibuku, selain aku masih kecil mungkin inilah hebatnya jadi anak bungsu "The power of Bontot".
Aku disekolahkan di TK untuk pertamakali saat umurku hampir 7 tahun, sedikit terlambat memang tapi tak ada pilihan lain karena tahun ajaran sekolah di negeriku ini yang selalu memotong bulan diantara 2 tahun, selain itu bulan lahirku yang kurang pas resikonya bisa terlalu muda atau ketuaan untuk masuk sekolah. Tapi ini bukan masalah aku bersyukur masih bisa sekolah.
Hari-hariku disekolah selalu menyenangkan, dengan segala kekurangan ibuku selalu memenuhi kebutuhanku, pada saat itu aku belum paham bagaimana susah payahnya perjuangan ibuku, yang aku tahu saat itu aku bahagia dan senang berada dikeluarga ini.
SD lalu SMP semua berlalu dengan kesan yang sama, tapi entah sengaja atau tidak disetiap kelulusanku aku selalu berhasil membawa ibuku naik panggung dan berdiri didepan orang tua wali lainya, dengan senyumnya yang seperti biasa selalu menawan dan menyejukan seperti rasanya sudah mampu aku tak menyia nyiakan perjuanganya.
Sampai tiba masa putih abu-abuku, aku sekolah di salah satu SMK negeri terbaik di kotaku dengan biaya yang tak murah tentunya belum lagi karena jaraknya yang lumayan jauh serta transportasi yang terbatas aku harus kos disana, untunglah kakak-kakaku banyak dan bisa membantu, dengan sifat manja dan malas yang masih kubawa saat kecilku tak kusadari kelakuanku mulai badung, dari tak pernah belajar, selalu bermain sesuka hati menghabiskan uang jatah 1 minggu hanya beberapa hari, sampai kadang menggelapkan sedikit uang beasiswa yang kudapat untuk bermain, yah beasiswa karena nilaiku bagus saat SMP. aku mulai lupa tentang cerita-cerita ibuku, tentang perjuangan kakaku, sering aku pulang hanya untuk minta uang kemudian pergi lagi tanpa ragu menghabiskanya, begitu kehidupanku selama 2 tahun, pernah aku marah karena orangtuaku tak bisa memberikan uang padaku dan tanpa perasaan berteriak kepada mereka, sampai pernah suatu kejadian ibuku menangis dihadapanku, tangis yang biasanya dia sembunyikan dibelakangku hanya agar aku tak menghawatirkanya, sungguh ingin menangis ketika aku mengingatnya, sampai pada masa yang sangat sulit dimana uang sekolahku tak bisa dibayar, rangking kelasku 29 dari 36 siswa dikelas pernah juga tertahan ikut ujian sampai bertengkar dengan guruku lantaran orangtuaku belum mampu membayar. Sepertinya Tuhan saat itu sedang memojokanku, mencoba mengingatkanku dan menegurku lewat kejadian kejadian itu, untungnya aku ikut beberapa ekskul dan organisasi disekolahku, serta aku dikelilingi oleh teman-teman yang luar biasa.
Hingga aku tersadar pada masa dimana otaku yang sudah mampu mengarahkanku pada pola pikir yang sedikit lebih matang dan dewasa, aku mulai ingat kembali cerita cerita ibuku, mataku kini terbuka kembali, bodohnya aku yang tak bisa melihat usaha orangtuaku dan saudara saudaraku, aku mulai mengerti mengapa mereka begitu memperjuangkanku, aku paham bahwa mimpi-mimpi mereka yang belum sempat tercapai mereka percayakan kepadaku, tentang membahagiakan orangtua, tentang menjadi kebanggaan keluarga, itulah alasan mengapa orang tua dan saudaraku selalu menasehati dan memberikan mimpi-mimpinya padaku, kadang memang seperti terbebani namun jika kurenungkan kembali begitu besar kepercayaan yang mereka berikan padaku. Hingga aku kadang takut mengecewakan mereka. Mulai saat itu aku menjadi lebih banyak diam, menerima apa adanya hidupku dan keluargaku, aku juga tak lagi menyalahkan orangtuaku kenapa aku tak mampu seperti mereka yang hidupnya terlihat lebih bahagia dengan segala ketersediaanya.
Tibalah saat bulan bulan terakhir masa putih abu-abuku, aku menjadi lebih giat, nilaiku mulai meningkat lagi, dan setiap malam doaku kupanjatkan agar aku bisa sekali lagi memberikan senyum menawan ibuku yang sempat kunodai dengan airmata atas tindakan bodohku.
Tapi tuhan menguji kesungguhanku sekali lagi, saat ujian nasional hampir dimulai aku harus sakit cikungunya, nyeri seluruh tubuhku, belajarpun sulit, tapi doa selalu aku panjatkan setiap malam sambil membayangkan cita-citaku, ujianpun dimulai, tiga hari kulalui dengan bercak merah khas cikungunya di tubuhku. Namun kali ini aku tak mau mengeluh pada ibuku, aku sadar aku sudah terlalu merepotkan, akupun tak mau membuatnya khawatir kutahan semua rasa sakitku sebagai bayaran, yang kuyakini aku mampu melewati semuanya dan membahagiakanya lagi.
Ujian selesai dan masa menunggu dimulai dengan cemas hari hariku kulalui dengan doa, sesekali mencoba melamar bekerja, sampai harus tidur diterminal jogja, itu salah satu pengalaman hebatku tentu. Dari jogja kudengar nilaiku bagus itu hasil dari perhitingan guru-guru disekolahku aku belum yakin nilai UAN ku benar benar bagus.
Dan tiba masa pelepasanku, semua orangtua wali diundang tentu saja seperti yang lalu ibuku datang, namun semua tak berjalan mulus, aku harus membuat ibuku agak marah lantaran membuat ibuku bingung untuk memberikan jas istimewa yang dibawa ibuku dari menyewa disebuah salon pernikahan didesaku, akupun harus mengambilnya di sekolah, tentu saja karena ibuku menunggu disekolah bersama wali murid lainya, dengan Sandal jepit dan celana pendek akupun lari kesekolah tinggal 30 menit acara pelepasan dimulai, sampai disana aku harus dimarahi kaprodiku (kepala jurusan disekolahku) lantaran memakai baju bebas dan belum siap, sempat beliau bilang "Gimana sih kok belum siap,.!! nanti kan kamu naik panggung", tanpa pikir panjang dan menghiraukan perkataan itu aku bergegas kembali ke kos untuk berganti baju dan memakai jas istimewa itu, dengan raut muka ibuku yang masih agak kesal aku menemuinya disekolah dan meminta maaf tentunya dengan jas yang sudah kupakai, ditengah acara terakhir disekolahku itu diumumkanlah siswa yang berprestasi, aku sama sekali tak berharap karena yang ku pikir aku hanya bermodal doa tekun saat sepertiga malam, selain itu belajarku jarang dan sakit saat ujian berlangsung, tapi tanpa disangka setelah dua temanku dipanggil keatas panggung yang ketiga adalah aku, dengan peringkat satu pula, dan ternyata doaku terkabul aku berhasil mengbalikan senyum menawan ibuku lagi, lega rasanya acarapun selesai kukira kalimat naik panggung dari kaprodiku itu hanya untuk mengambil ijazah saja ternyata ada hal lain, acarapun selesai aku antar ibuku naik bus, dan uang hadiahpun aku berikan kepadanya, senang rasanya bisa mengembalikan senyumnya, memberikan uang hadiah padanya saat pulang walau bukan yang pertama tapi itu cukup membanggakan setelah kulukai perasaanya oleh kelakuanku dulu.
Aku sadar kelulusanku baru titik awal dari perjuanganku untuk mengemban mimpi-mimpi dan harapan dari saudara dan orangtuaku, yang mau tak mau dan harus siap aku pikul sebagai balas budi pengorbanan mereka selama ini.
Dan mungkin benar aku adalah ranting diujung pohon rindang ini. Yang mereka harapkan akan menumbuhkan buah yang terbaik dari buah yang telah ditumbuhkan ranting ranting lain didalam pohon keluargaku ini, orang tua adalah akar dan batang, serta ranting lain adalah saudara kandungku, yang rela membagi airnya agar mengalir dan menumbuhkanku sebagai ranting terujung di pohon ini.