Diatas loteng ku bercerita
Kubuka segala imajiku
Mencoba melemahkan sel-sel otaku
Yang menahanku dari keterjagaan abadi
Kutatap sekitar
Mencoba membaca alam dalam kebisuanya
Terlihat pelita-pelita genit berkedip
Merah, kuning dan putih
Membacanya seperti mencoba memeluk udara
Kupandangi saja gelapnya mega
Berharap bulan menemaniku disini
Atau sekedar menyapa bintang tertutup awan
Kenapa kau diam
Kenapa kau berbicara dalam bahasa yang berbeda
Muakah kau denganku
Mendengar celotehku setiap waktu
Tapi aku nyaman denganmu
Kau setia mendengar, dan menunggu
Tak seperti dunia yang memojokanku
Tidak, aku tak bosan dengan dunia
Hanya saja kadang aku butuh tempat
Yang siap menampung kegelisahanku
Bukan hanya memaksaku untuk mengerti
Andai saja bahasa kita sama
Mungkin malam tak akan sesunyi ini
Atau setidaknya tak bising oleh suara-suara kemunafikan
Kau tahu bintang, aku tak selalu mengharap madu
Aku juga suka asam, asin, pahit dan manisnya kejujuran
Atau senyum, tangis, tawa, murung
Dari wajah wajah sebenarnya, bukan rekayasa
Karena aku tahu diriku
Yang buta membaca tanda tanda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar