Kenapa aku marah, kepada siapa aku marah tak satupun jawaban aku dapat hanya emosi yang memuncak pada apa saja yang dihadapanku, bertanyalah aku lebih dalam pada moment kesunyian dan kekhusuan, dan setelahnya akupun sadar bahwa aku marah pada diriku sendiri yang tak kunjung memutuskan kemana aku harus pergi.
Aku tak mau terus menerus terjebak dilubang ini, lubang yang begitu menyiksaku, dada ini sesak, mulutku, bibirku, dan lidahku begitu kelu, bahkan senyumpun mampu kuhitung dengan jari pada satu purnama, aku terus menerus bertanya apa sebenarnya yang aku inginkan dan perlukan, apakah sekedar bersenang senang atau gairah kehidupan dengan tujuan.
Jalan apa yang harus ku pilih, aku takut terjerumus pada jalan yang salah dan aku sudah tidak betah berdiam disini, seperti sudah tak sanggup menunggu, sungguh keraguan yang ada dalam hatiku, sungguh aku tak kunjung yakin dan berani memutuskan jalan, disatu sisi aku takut tak mampu menjalani prosesnya dan gagal kemudian aku terbuang pada realistas yang tak pernah kompromi pada kebenaran karena selalu memandang keberhasilan, disisi lain akupun tak mau jika harus berhasil dengan proses dan jalan yang salah.
Tidak satupun orang yang menolongku, yang sanggup dan bersedia menerimaku manakala aku jatuh sehingga aku berani mengambil resiko. Aku sendirian terjebak dengan kaki yang kaku untuk melangkah, waktu terus mendorongku mendesaku, semakin sempit ruang geraku sudah tak mungkin bisa aku kembali, namun didepan ada persimpangan yang begitu sulit untuku memutuskan kemana kaki ini akan kupijakan.
Tuhan tolong aku, sudah tak ada lagi manusia yang peduli padaku, hanya Engkau satu satunya harapanku, berikanlah setitik terang cahayaMu agar pudar segala keragu raguanku, sehingga langkah ini bukan semata mata karena kenekatan dan desakan tapi benar benar karena keyakinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar