Rabu, 17 Oktober 2018

KEMANA

Kemana perginya cinta,
Tak ada lagi direlung jiwa,
Terlalu lamakah aku menyepi,
Atau aku yang sudah tak peduli,

Sepenggal kalimat tanya,
Apakah aku harus memaksa?
Tiada hati menurut pada kata kata
Jiwa ini tak pantas dipaksa

Bukan maksud sengaja menyendiri,
Tiada jiwa yang senang pada sepi,
Aku masih menunggu dan menanti,
Pada bau cinta yang mewangi,

Tak pula aku sedang menimang nimang nostalgia,
Sudah lama kenangan aku anggap hanya cerita,
Sudah kubilang berkali kali,
Aku tak kuasa memaksa cinta pada diri dan hati,


Kamis, 11 Oktober 2018

Pertanyaan

Jikalau semua manusia mempunyai kedudukan yang sama, maka apakah pantas sebagian dari kita kemudian menentukan nilai nilai kemanusiaan, menentukan nilai nilai kebaikan mendefinisikan baik dan buruk, yang superior mengatur cara hidup inferior, jika demikian maka dimana makna dari kesetaraan. Belakangan ini aku mulai menyadari bahwa keputusan yang disepakati bersama ternyata bukanlah tolok ukur kebenaran untuk nilai nilai yang bersifat tetap, sebut saja HAM, bagaimana setiap orang kemudian dengan sekehendak hati menentukan apa itu HAM hanya karena mereka memiliki kekuatan dan kekuasaan, kemudian mengabaikan suara suara kaum lemah yang tidak memiliki suara. 
Bahwa jika kita sebenarnya tetap membutuhkan definisi tentang baik dan buruk sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan maka sangat tidak adil jika kita menggunakan referensi dari sekelompok manusia yang dianggap lebih superior dari kebanyakan, tapi pada hakikatnya merekapun sama sama tak paham darimana kita berasal dan untuk apa kita diciptakan dan apa sebenarnya kita ini, merekapun semua hanya menerka nerka mana yang baik dan mana yang buruk menurut pengalaman hidup sehingga banyak sekali kemudian pertanyaan pertanyaan yang tak mampu dijawab oleh manusia dikarenakan setiap orang mempunyai pengalaman yang berbeda.

Rabu, 10 Oktober 2018

KEGELISAHAN

Setiap hari adalah kebosanan, seribu pertanyaan berkumpul bak sebuah benang kusut yang aku tak mampu menemukan pola untuk mengurainya, aku tak punya ghirah, aku selalu bingung untuk menjawab apa yang harus kulakukan esok, puncaknya adalah kegelisahan yang membuatku menjadi penikmat malam, penikmat ruang gelap berukuran 3 x 3 meter, disini dulu aku memulai mimpi yang menggebu, disini pula aku sekarang tersesat dari jalan.
Kuhabiskan waktu meminum kopi, menghisap tembakau, bermain apapun ku lakukan untuk membunuh kebosanan dan dan melupakan kegelisahan, berharap waktu akan menjawab seluruh pertanyaanku, semoga semua terjawab sebelum tubuhku ku rusak oleh semua kebiasaan ini.
Aku hanya berharap semua ini bukan sebab rasa kesepian, jika demikian maka mungkin akan sulit bagiku menyembuhkan, sudah lama aku tak bersua bercanda dan bercerita kepada siapapun, sudah kucoba tapi tak ada yang mampu menjadi lawan bicaraku, semua seakan tak memuaskanku, semua tak bisa seperti yang kuharapkan, bahkan kadang aku berfikir mungkin aku butuh kasih sayang, namun sedemikan rasa ku paksakan tiada satupun yang mampu menembus rasaku. 
Kadang kadang aku juga berfikir apakah aku sudah gila. Aku tetap berharap segera mendapat jawabanya, dan semoga malam ini aku bisa mengucapkan selamat tidur untuk yang akhir akhir ini selalu menemani insomniaku ''KEGELISAHAN".