Memaksa kelopak terbuka,
Kulihat tiada jam, hanya gelap dan sepinya,
Lalu kuputuskan untuk bersahaja.
Sekali lagi kututup keramik dengan permadani,
Setelah kubilas muka dengan tiga genggam berkali kali,
Kukira indah namun tak terkira ini jadi ironi,
Aku didakwa oleh diriku lagi.
Sejuta alibi, sejuta ampun,
Aku tak berdaya lagi,
Hanya untaian maaf sembunyi sembunyi,
Semoga berakhir bersama santun.
Dibawah mega yang didirong surya,
Kulihat merekah batas diantara keduanya,
Aku mau apa lagi, selain kuseduh secangkir kopi,
Kuharap pagiku lak melayang dan begitu saja pergi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar