Minggu, 30 September 2018

Jawaban tanpa pertanyaan

Merindukan seseorang yang bahkan tak ada adalah sebuah kehampaan yang nyata, bagaimana tidak jangankan menggapai mengharapun tak bisa tak ada tujuan yang kutuju tak juga tahu harus berjuang seperti apa, bagiku mencintai seperti barang lapuk biarpun hati sudah kupaksa. Pelita hatiku ia tak mau menyala didalam hati, dingin dan gelap semua adalah rasa yang terpendam sejak pelita terakhir yang redup dan mati.
Jikalau aku boleh meminta datangkanlah sebuah pelita yang terang mesti tak seperti matahari biarpun tak sehangat dekapan ibu, bebaskan aku dari rasa sepi yang mendekap, jangan biarkan aku terlalu lama menanti dalam doa, aku tak memgerti aku belum pernah sepecundang ini, akupun tak ingin mempecundangi orang lain dengan melabuhkan cinta palsu, berpura pura melebur kesepian yang justru menyeretku pada gelepan yang abadi, sungguh aku tak ingin menyakiti orang lain dengan menjadikanya pelarian semata. 
Jikalau cinta harus dipaksa mengapa sulit bagiku, jikalau rindu harus ku labuhkan kemana aku melabuhkan, jikalau sepi harus ku riangkan kemana aku harus cipta kegaduhan, aku bukan lagi anak anak yang bisa dengan mudah memasang wajah polos untuk mendapatkan apa yang kuinginkan, akupula bukan orang dewasa yang pintar memakai topeng, kemanakah aku harus mencari jawaban dari sebuah pertanyaan yang tak ada.
Gelisah adalah makanan sehari hari, belagak baik baik saja aku kadang bingung memilih antara memasang muka senyum palsu atau wajah serius yang menjengkelkan, sudah lama aku putuskan untuk tidak jatuh pada nafsu selama itu pula aku menahan dan mmenunggu kedatangan yang kunantikan.
Aku perlu tujuan yang mampu menghilangkan hingar bingar yang membingungkan.